Betapa Indahnya ‘Dijala’ Allah

Kamis, 28 Juli 2016 | Hari Biasa

Betapa Indahnya ‘Dijala’ Allah

Renungan-Katolik.com – Lahir menyandang cacat pendengaran dan sulit berbicara. Memilih belajar di sekolah normal, namun sulit mengikuti pengajaran guru. Juga kesulitan bergaul dengan teman-teman sebayanya. Semua tanggungan berat ini bukannya menjauhkan, malah mengajarkannya semakin dekat dan berserah kepada Allah.

Demikian peringkasan kisah Yahya hingga berhasil menapak keberhasilan hidupnya. Putra pasangan Stephanus Junianto dan Ratna Pudyastuti belajar menjadi pribadi yang siap ‘dijala’ Allah. Dalam satu kutipan bukunya, Yahya bersama orangtuanya hendak menemukan rencana Allah atas hidupnya, dengan mempelajari Alkitab.

Suatu hari Tuhan mengingatkannya akan sebuah ayat di Yohanes 9:2-3 yang berbicara tentang orang yang buta sejak lahir. Dosa siapakah itu hingga ia dilahirkan buta? Orang itu sendiri, atau orangtuanya? Jawab Yesus, “Bukan dia dan bukan juga orangtuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia.”

Saya takut. Saya takut bila saya dapat mendengar, saya tidak lagi bergantung kepada Tuhan!” Ternyata bagi Yahya, kebergantungan kepada Tuhan itu jauh lebih penting dari pada kenyamanan dan kemudahan hidup. Biasanya kita lebih senang bisa mandiri, bisa memegang kendali atas hidup kita. Tetapi Yahya tahu bahwa kebergantungan kepada Tuhan itulah yang menyebabkan rancangan Tuhan yang indah tergenapi dalam hidupnya.

Sahabat RK, permenungan dari Kitab Yeremia dan Injil Matius pada hari ini, menampilkan kerahiman dan pekerjaan Allah ketika ‘masa penghakiman’ tiba.

Demikianlah juga pada akhir zaman: Malaikat-malaikat akan datang memisahkan orang jahat dari orang benar, lalu mencampakkan orang jahat ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi.” Demikian Firman Tuhan Yesus.

Dapatkah kita kembali dibentuk menjadi pribadi yang diinginkan Allah? Tentu saja, sebab Dia sendiri menyatakan Firman-Nya itu kepada Yeremia: “Masakan Aku tidak dapat bertindak kepada kamu seperti tukang periuk ini, hai kaum Israel!, demikianlah firman TUHAN. Sungguh, seperti tanah liat di tangan tukang periuk, demikianlah kamu di tangan-Ku, hai kaum Israel!“.

 

Sumber Permenungan:

Bacaan I: Yer. 18:1-6

Firman yang datang dari TUHAN kepada Yeremia, bunyinya:

“Pergilah dengan segera ke rumah tukang periuk! Di sana Aku akan memperdengarkan perkataan-perkataan-Ku kepadamu.”

Lalu pergilah aku ke rumah tukang periuk, dan kebetulan ia sedang bekerja dengan pelarikan.

Apabila bejana, yang sedang dibuatnya dari tanah liat di tangannya itu, rusak, maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangannya.

Kemudian datanglah firman TUHAN kepadaku, bunyinya:

“Masakan Aku tidak dapat bertindak kepada kamu seperti tukang periuk ini, hai kaum Israel!, demikianlah firman TUHAN. Sungguh, seperti tanah liat di tangan tukang periuk, demikianlah kamu di tangan-Ku, hai kaum Israel!”

 

Mazmur:  Mzm. 146:2abc,2d-4,5-6

 

Bacaan Injil:  Mat. 13:47-53

“Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama pukat yang dilabuhkan di laut, lalu mengumpulkan berbagai-bagai jenis ikan.

Setelah penuh, pukat itupun diseret orang ke pantai, lalu duduklah mereka dan mengumpulkan ikan yang baik ke dalam pasu dan ikan yang tidak baik mereka buang.

Demikianlah juga pada akhir zaman: Malaikat-malaikat akan datang memisahkan orang jahat dari orang benar, lalu mencampakkan orang jahat ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi.

Mengertikah kamu semuanya itu?” Mereka menjawab: “Ya, kami mengerti.”

Maka berkatalah Yesus kepada mereka: “Karena itu setiap ahli Taurat yang menerima pelajaran dari hal Kerajaan Sorga itu seumpama tuan rumah yang mengeluarkan harta yang baru dan yang lama dari perbendaharaannya.”

Setelah Yesus selesai menceriterakan perumpamaan-perumpamaan itu, Iapun pergi dari situ.

 

Pustaka : ImanKatolik.or.id | Ziarah Batin 2016

Sumber foto: renewedheartministries.com
Sumber foto: renewedheartministries.com

Satu pemikiran pada “Betapa Indahnya ‘Dijala’ Allah

Tinggalkan komentar